Bahagia itu berhenti mengharapkan sesuatu dan menikmati apa yang ada sekarang ☺
Segala yang dibutuhkan akan diberikan oleh Semesta pada waktunya.
Kalau sekarang belum, itu karena kita sebenarnya belum butuh.
Dan kadang penolakan itu hal yang baik.
Bisa jadi penolakan itu sebenarnya malah menjauhkan kita dari hal (yang lebih) buruk.
Ketika dihadapkan dengan sebuah masalah, sebenarnya yang harus diperbaiki bukan masalah itu, tapi cara berpikir kita. Coba deh ☺
Hidup ini sebenarnya sederhana.
Apa yang kita berikan kepada hidup, akan dikembalikan kepada kita.
Pilih yang baik.
Berdamai dengan diri sendiri. Berdamai dengan hidup ☺
"Happily Ever After starts every time you woke up."
Dalam hidup, kamu berhak bahagia. Jangan biarkan kebahagiaanmu ditentukan oleh orang lain. Bahagia harus ada dalam dirimu.
Tuesday, July 26, 2016
Tuesday, July 19, 2016
Cinta Terbaik
Jujur saja ku tak mampu
Hilangkan wajahmu di hatiku
Meski malam mengganggu
Hilangkan senyummu di mataku
Ku sadari aku cinta padamu
Meski ku bukan yang pertama di hatimu
Tapi cintaku terbaik untukmu
Meski ku bukan bintang di langit
Tapi cintamu yang terbaik
Jujur saja ku tak mampu
Tuk pergi menjauh darimu
Meski hatiku ragu
Kau tak di sampingku setiap waktu
Ku sadari aku cinta padamu
Meski ku bukan yang pertama di hatimu
Tapi cintaku terbaik untukmu
Meski ku bukan bintang di langit
Tapi cintamu yang terbaik
Oh meski ku bukan yang pertama di hatimu
Tapi cintaku terbaik untukmu
Meski ku bukan bintang di langit
Tapi cintamu yang terbaik
Oh meski ku bukan yang pertama di hatimu
Tapi cintaku terbaik untukmu
Meski ku bukan bintang di langit
Tapi cintamu yang terbaik
Tapi cintamu yang terbaik
Hilangkan wajahmu di hatiku
Meski malam mengganggu
Hilangkan senyummu di mataku
Ku sadari aku cinta padamu
Meski ku bukan yang pertama di hatimu
Tapi cintaku terbaik untukmu
Meski ku bukan bintang di langit
Tapi cintamu yang terbaik
Jujur saja ku tak mampu
Tuk pergi menjauh darimu
Meski hatiku ragu
Kau tak di sampingku setiap waktu
Ku sadari aku cinta padamu
Meski ku bukan yang pertama di hatimu
Tapi cintaku terbaik untukmu
Meski ku bukan bintang di langit
Tapi cintamu yang terbaik
Oh meski ku bukan yang pertama di hatimu
Tapi cintaku terbaik untukmu
Meski ku bukan bintang di langit
Tapi cintamu yang terbaik
Oh meski ku bukan yang pertama di hatimu
Tapi cintaku terbaik untukmu
Meski ku bukan bintang di langit
Tapi cintamu yang terbaik
Tapi cintamu yang terbaik
Friday, July 1, 2016
Mencintai Tanpa Memiliki, Memang Bisa?
Konsep percintaan yang sedang saya pelajari adalah mencintai tanpa
memiliki. Ya, saya memang terbiasa dengan konsep mencintai yang
memiliki, jadi kita bisa hidup bersama dengan orang yang dicintai. Apa
yang lebih membahagiakan dari hal tersebut, menemaninya sejak matahari
terbit hingga terbit lagi, menghabiskan sisa hidup kita bersamanya, dan
mendapat limpahan cinta darinya.
Jika mencintai tapi tak bisa memiliki, maka kemungkinannya bisa dibagi dalam dua hal, yaitu saling cinta tapi tak bisa memiliki, atau cintanya bertepuk sebelah tangan. Untuk yang saling mencintai, penyebab tak bisa memiliki adalah yang dicintai sudah milik orang lain, tidak mendapat restu orang tua, mementingkan ego sendiri-sendiri. Sedangkan cinta bertepuk sebelah tangan, sudah jelas ada satu pihak yang merasa keberatan jika terjalin hubungan.
Kita bahas yang pertama ya, karena untuk yang kedua saran saya sih cari yang lain saja yang juga mencintai Anda. Bagaimana jika saling cinta tapi tak bisa bersama. Pedihnya luar biasa. Hati sudah meledak-ledak ingin bersatu dengan tambatan hatinya, tapi ada kaca yang menghalangi. Bisa melihatnya, tapi tak bisa menyentuhnya dan merasakan sentuhannya. Resiko dalam menjalani hubungan seperti ini adalah sakit hati yang melanda,dan hati-hati berkembang jadi sakit jiwa. Bisa juga sih kalau seseorang sudah ikhlas, maka yang dicintai bersama siapapun atau melakukan apaun, dia bisa tetap tersenyum sambil berkata ‘Aku bahagia untukmu’.
Memang ada yang bisa begitu?
Ada juga yang tak bisa memiliki, tapi sembari menunggu yang dicintai mau, maka dia menjalin hubungan dengan yang lain. Misal menikah atau berpacaran dengan orang lain yang sebenarnya tidak dicintainya. Jadi, dia tidak menyia-nyiakan hidupnya, cintanya jalan paralel, dan let it flow saja.
Jika hubungan sudah terjalin dengan yang lain, kemudian di tengah hubungan ternyata ada seseorang di luar yang lebih layak dicintai, maka konsep mencintai tapi tak memiliki ini juga sering digunakan sebagai alasan diperbolehkannya hubungan ini.’Saya setia lo, makanya saya tetap dengan pasangan resmi saya, meskipun hati ini sudah ada yang punya’.
Dua contoh terakhir, akan mengurangi kepedihan karena tak bisa memiliki. Ya, karena ada seseorang di samping kita, yang entah tahu entah tidak pasangannya telah menyewakan hatinya untuk orang lain. Kalau lagi rindu yang dikecup ya pasangan resmi. Kalau lagi cemburu yang kena getahnya juga pasangan resmi.
Sekarang, kalau kita memilih jalan itu,mencintai tanpa memiliki, memangnya bisa ikut senang, saat incaran kita tertawa bahagia dengan pasangannya? Memangnya tidak iri, kalau si pasangan bisa bebas menyentuh incaran kita? Memang tidak sebal, melihat kemesraan mereka berdua? Memangnya, mau menunggu sampai kapan? Kalau sadar akan resikonya, ya teruskan saja. Tapi janji ya, tidak sakit hati. Tapi jika tidak tahan, sebaiknya cari penggantinya. Memang bakal susah melupakannya, tapi manusia bisa berubah. Jadi jika sekarang hati ini untuknya, suatu hari bisa untuk orang lain yang tulus mencintai kita.
Apakah tidak mungkin suatu saat bisa bersama? Bisa saja, siapa yang tahu nasib manusia. Namun sembari menunggu saat itu, apakah tidak lebih baik memberi cinta kita pada orang-orang terdekat? Jangan berusaha memiliki yang belum dikendaki Tuhan, bisa-bisa Tuhan membatalkan rencananya untuk menyatukan kita.
Memang tidak boleh? Ya boleh saja, tergantung yang menjalani. Hubungan yang tidak mengikat tentu saja tidak punya tujuan, tapi memberi kenikmatan pada pelakunya. Sama-sama suka, sama-sama menikmati sensasinya, tapi tidak melakukan apa-apa. Yah, ‘hanya’ menyerahkan hati saja. Hubungan yang tidak akan kemana-mana, jika Tuhan tidak ikut campur menyelesaikannya. Dosa? Tanya saja pada hati nurani, ada perasaan bersalah atau tidak. Jika kita harus menutupinya dari pasangan resmi, itu sudah masuk kategori bersalah. Jika kita tidak rela pasangan kita melakukan hal yang sama, itu juga masuk kategori bersalah.
Huaaahaha, membahas beginian capek juga ya. Susah mencari titik temunya. Tapi semoga kita bisa memilih yang terbaik untuk kita, tidak menjadi korban perasaan, apalagi berkorban untuk sesuatu yang sia-sia.
Jika mencintai tapi tak bisa memiliki, maka kemungkinannya bisa dibagi dalam dua hal, yaitu saling cinta tapi tak bisa memiliki, atau cintanya bertepuk sebelah tangan. Untuk yang saling mencintai, penyebab tak bisa memiliki adalah yang dicintai sudah milik orang lain, tidak mendapat restu orang tua, mementingkan ego sendiri-sendiri. Sedangkan cinta bertepuk sebelah tangan, sudah jelas ada satu pihak yang merasa keberatan jika terjalin hubungan.
Kita bahas yang pertama ya, karena untuk yang kedua saran saya sih cari yang lain saja yang juga mencintai Anda. Bagaimana jika saling cinta tapi tak bisa bersama. Pedihnya luar biasa. Hati sudah meledak-ledak ingin bersatu dengan tambatan hatinya, tapi ada kaca yang menghalangi. Bisa melihatnya, tapi tak bisa menyentuhnya dan merasakan sentuhannya. Resiko dalam menjalani hubungan seperti ini adalah sakit hati yang melanda,dan hati-hati berkembang jadi sakit jiwa. Bisa juga sih kalau seseorang sudah ikhlas, maka yang dicintai bersama siapapun atau melakukan apaun, dia bisa tetap tersenyum sambil berkata ‘Aku bahagia untukmu’.
Memang ada yang bisa begitu?
Ada juga yang tak bisa memiliki, tapi sembari menunggu yang dicintai mau, maka dia menjalin hubungan dengan yang lain. Misal menikah atau berpacaran dengan orang lain yang sebenarnya tidak dicintainya. Jadi, dia tidak menyia-nyiakan hidupnya, cintanya jalan paralel, dan let it flow saja.
Jika hubungan sudah terjalin dengan yang lain, kemudian di tengah hubungan ternyata ada seseorang di luar yang lebih layak dicintai, maka konsep mencintai tapi tak memiliki ini juga sering digunakan sebagai alasan diperbolehkannya hubungan ini.’Saya setia lo, makanya saya tetap dengan pasangan resmi saya, meskipun hati ini sudah ada yang punya’.
Dua contoh terakhir, akan mengurangi kepedihan karena tak bisa memiliki. Ya, karena ada seseorang di samping kita, yang entah tahu entah tidak pasangannya telah menyewakan hatinya untuk orang lain. Kalau lagi rindu yang dikecup ya pasangan resmi. Kalau lagi cemburu yang kena getahnya juga pasangan resmi.
Sekarang, kalau kita memilih jalan itu,mencintai tanpa memiliki, memangnya bisa ikut senang, saat incaran kita tertawa bahagia dengan pasangannya? Memangnya tidak iri, kalau si pasangan bisa bebas menyentuh incaran kita? Memang tidak sebal, melihat kemesraan mereka berdua? Memangnya, mau menunggu sampai kapan? Kalau sadar akan resikonya, ya teruskan saja. Tapi janji ya, tidak sakit hati. Tapi jika tidak tahan, sebaiknya cari penggantinya. Memang bakal susah melupakannya, tapi manusia bisa berubah. Jadi jika sekarang hati ini untuknya, suatu hari bisa untuk orang lain yang tulus mencintai kita.
Apakah tidak mungkin suatu saat bisa bersama? Bisa saja, siapa yang tahu nasib manusia. Namun sembari menunggu saat itu, apakah tidak lebih baik memberi cinta kita pada orang-orang terdekat? Jangan berusaha memiliki yang belum dikendaki Tuhan, bisa-bisa Tuhan membatalkan rencananya untuk menyatukan kita.
Memang tidak boleh? Ya boleh saja, tergantung yang menjalani. Hubungan yang tidak mengikat tentu saja tidak punya tujuan, tapi memberi kenikmatan pada pelakunya. Sama-sama suka, sama-sama menikmati sensasinya, tapi tidak melakukan apa-apa. Yah, ‘hanya’ menyerahkan hati saja. Hubungan yang tidak akan kemana-mana, jika Tuhan tidak ikut campur menyelesaikannya. Dosa? Tanya saja pada hati nurani, ada perasaan bersalah atau tidak. Jika kita harus menutupinya dari pasangan resmi, itu sudah masuk kategori bersalah. Jika kita tidak rela pasangan kita melakukan hal yang sama, itu juga masuk kategori bersalah.
Huaaahaha, membahas beginian capek juga ya. Susah mencari titik temunya. Tapi semoga kita bisa memilih yang terbaik untuk kita, tidak menjadi korban perasaan, apalagi berkorban untuk sesuatu yang sia-sia.
Subscribe to:
Comments (Atom)