
Kehidupan di alam buana tak seabadi yang kau kira, ia tak seindah yang engkau pandang, ia tak sekemilau dari yang engkau duga. Prihal mata yang tak pernah enggan membuka romansa hubungan suci dengan pencipta, mencipta suasana dangkal yang hadir pada kedua bola mata yang tak pernah sampai melihatnya. Banyak dari kita yang terbengkalai dan terlalu silau pada kehidupan didunia, dan terlalu mencintai dunia tapi takut kematian.
Betapapun kita menikmati dunia ini, maka kelak sampailah jua kita pada pintu yang sebenar-benarnya megah. Yang tiada ragu suatu timbalan akan rezeki Allah menurunkan kita ke dunia. Pintu tersebut seolah menjadi gerbang tempat engkau kembali bertemu dengan sang Allah maha gagah. Pintu tersebut seolah menjadi sebuah jawaban atas apa-apa yang telah kita lakukan didunia.
Kehidupan buana itu seperti kita menunggu pada tujuan akhir yang nyata. Kehendak Allah maha mulia tak pernah bisa kita bantah, tak pernah bisa kita tolak dan tak pernah bisa kita mengelak kepada suatu keniscayaan yang telah tertulis didalam kepastian yang nyata. Karena dia maha kuasa pada diri kita yang kerdil, yang bila kita bandingkan kita itu bagai titik tinta pena dibahagian samudera yang membahana bumi.
Allah maha mulia memang adil, Dia adalah hakim paling adil diseantero semesta raya. Dia ciptakan kita bernafas, bertumbuh dan berakhir. Lalu dimulailah kita pada babak yang baru, babak yang semuanya serba lurus, tak pernah berkelok kebenarannya barang sebiji dzarohpun. Maka kita harus percaya bahwa ada suatu kehidupan yang abadi setelah kematian kita di alam buana.
Bagi orang-orang yang mengira bahwa hidup itu akan berakhir seiring dengan orang-orang mengiring kita pada tanah yang cokelat pekat, tiada yang hancur luluh dengan tanah akan bangkit, tulang belulang yang tiada tanpa daging akan bangkit.
Merekalah yang tak pernah bersyukur pada yang maha pemberi, mereka seolah tak pernah mau untuk bersujud kepada sang maha kuasa atas segala daya. Bahkan banyak dari kita yang membantah keberadaanya. Sungguh wahai manusia, engkau berada didalam kesesatan yang nyata.
Maka didalam mereka terdapat suatu permintaan dari beribu penyesalannya tatkala hidup didunia dengan kesia-siaan yang nyata. Tak pernah mau untuk menaati kewajiban yang dianjurkan untuk menyembah Allah Maha Kuasa atas Semesta Raya. Mereka ingkar pada ketetapan yang diturunkan Allah.
Maka bagi mereka adalah orang yang hendak mengajukan untuk hidup sekali lagi hanya untuk menyembah Allah maha Mulia. Tapi Allah jua telah berkuasa atas waktu-waktu yang telah ditentukan bagi manusia. Andaikala penyesalan datangnya sebelum kita menutup mata dialam buana, masihlah kita bisa memperbaiki agar tiada penyesalan nampak bagimu dihadapan-Nya. Namun apalah daya, manusia memanglah tempatnya penyesalan bersandar.
Namun bagi orang-orang yang merendah diri selama hidup didunia dan setelahnya. Mereka menaati apa yang dilarang dan apa yang dianjurkan oleh penguasa semesta raya Allah Maha Mulia dan rasul-rasulnya. Maka bagi mereka adalah suatu janji yang nyata yang telah diberitakan Allah maha mulia didalam Al-quran, syurga yang didalamnya dipenuhi dipan, baju sutera, sungai yang mengalir dibawahnya. Maka nikmat mana yang engkau lupakan keniscayaannya?Sudah seharusnya kita mengerti dan menyadari bahwa hidup dibumi ini bukanlah untuk berkuasa, berkuasa pada kehendak, diri, kemauan, hawa nafsu dan kepastian yang disesatkan kesombongan. Kehidupan sejatinya hanya untuk merendah pada yang berkuasa, kehidupan adalah untuk menghormati, dan tunduk pada yang berkuasa.